MASUKKAN NAMA PERGURUAN TINGGI ATAU NAMA KOTA

Pameran Lukisan Abstrak SOUL, tak pernah mati tak pernah lahir / 21-29 juni 2019
Pameran Lukisan Abstrak SOUL, tak pernah mati tak pernah lahir / 21-29 juni 2019
indas • Selasa, 11 Juni 2019 00:00 WIB










“ SOUL “
( tak pernah lahir, tak pernah mati )
           Dalam konteks seni rupa, kita kemudian menjadikannya instrumen untuk menemukan relasi-relasi khusus ketika kita menggali sumber gagasan, berhadapan maupun dalam mendedah sebuah karya visual.

Dengan demikian energy yang masuk kedalam setiap jiwa memang tidak pernah dilahirkan dan juga tidak pernah mati, sehingga menjadi  ke abadian itulah adanya.
( Andi Suandi)


                      
  Ide dasar pemunculan tema ini merupakan kerja spiritual, refleksi dan perenungan dari setiap pelukis yang berpameran sebagai benang merah nya dari pergulatan dan progress dalam menampilkan bentuk-bentuk yang subtil dari setiap karyanya.


              
  “ SOUL “ (tak pernah lahir, tak pernah mati)

merupakan hasil renungan dan refleksi yang berlandaskan kepada nilai-nilai spiritual, sebagai proses pergulatan dan progress dalam berkarya, sehingga pengalaman akan bentuk bentuk  tadi menjadi bagian dalam hidup yang tidak pernah selesai dan ini menjadi titik sentral untuk mengungkap rasa yang terdalam dan tidak pernah habis digali dan dieksplorasi dalam berkarya. 


Lintas perubahan merupakan sebuah proses penggalian kedalam yang lebih dalam akan hakikat hidup, untuk lebih dapat merasai dan memaknainya sebagai sebuah bagian dari perjalanan panjang yang sedang dilakukan untuk terus dilakukan, karena perjalanan tidak pernah berhenti sesungguhnya dan perhentian adalah bagian dari perubahan yang akan dicapai selanjutnya.



Bukankah basis dari tindakan estetis adalah gagasan yang murni seperti itu? Dilain pihak, gagasan murni bisa dimunculkan karena ‘keterpaksaan’ untuk mengungkapkan rasa estetis, suatu paradox pemikiran dari seorang seniman yang kreatif.

Bukannya suatu ruang yang dibangun atau yang diruntuhkan; bukannya warna yang dikonstruksikan atau yang dimatikan; bukannya garis yang murni, lurus dan subtil atau yang dipotong-potong, disimpangkan dan dihina; tetapi gagasan atau ide yang komplek yang lekat betul dengan misteri – tentang kehidupan, tentang manusia, tentang alam, tentang Yang Maha Agung; bagaimana yang keras, yang chaos, tragedi, kebahagiaan, kesempurnaan dan seterusnya.

Karena apapun keinginan, hanya gagasan atau ide yang murnilah yang memiliki makna atau suatu arti yang bernilai. Yang lain tentu saja hanya memiliki yang lain.


        Melihat dan mengamati perkembangan seni sampai saat ini, ternyata ada benang merah yang tidak bisa diabaikan begitu saja dengan ajaran para leluhur kita, leluhur nusantara dan ini terlihat jelas jika kita bisa menarik jarak dan berkonsentrasi (distansi) sejenak untuk mengembalikan seluruh potensi dan keyakinan kita pada diri sendiri.

Alam mencintai keragaman, karena keragaman berasal dari Tuhan. Keragaman merupakan suatu kondisi alami dan anugerah bagi spesies kita. Kita tak bisa menampik keragaman karena ia niscaya dalam kehidupan kita. Semua yang berbeda menjadi bagian dari kita, maka anak-anak akan berhenti menghakimi, mengisolasi, dan mengasari mereka yang tidak sesuai dengan norma-norma yang terstandardisasi sejauh mereka mengenal dengan baik potensi perbedaan.

Keragaman merupakan sumber daya sekaligus tantangan yang mau tidak mau harus dihadapi dengan cara-cara mengenal potensinya yang akan membawa berkat. Kita semua memiliki aspek diri yang berbeda. Inilah yang justru menjadikan kita manusia.

Tatkala kita dapat menerima dan mengintegrasikan beda-beda dengan tepat, maka alam dan Tuhan akan mendatangkan rahmat bagi kita. Kita berusaha mengubah seluruh yang beda seakan-akan perbedaan itu sesuatu yang harus diperbaiki, diakali, diisolasi, dan dihancurkan sepenuhnya.

Hasilnya adalah hilangnya getaran, vitalitas, dan energi kehidupan. Saat kehilangan perasaan akan keunikan dan perbedaan kita, kita menjadi komponen lain di dalam roda dan kehilangan setiap pemahaman mengenai tujuan hidup.

Seperti diungkapkan dalam Memperkenalkan Psikologi Analitis, pendekatan terhadap Ketaksadaran (Jakarta, Gramedia, 1986), Jung menunjukkan adanya suatu alam tak-sadar yang lebih dalam dari ketaksadaran pribadi, yang bersifat kolektif, sebab dimiliki oleh seluruh bangsa manusia dan terdapat pada segala kebudayaan di dunia ini.

Jung mengajukan arketipe sebagai inti atom psikis dari alam tak sadar. Arketipe merupakan pola-pola apriori yang memberi ketentuan terhadap isi material yang bersifat instinktif atau genetik. Arketipe bersifat universal dan selalu terdapat pada manusia secara potensial.Tapi, para perupa tidak akan menjelaskan hal ini lewat kata-kata. Untuk menunjukkan universalitas manusia.


                 
Dari sanalah hubungan anatara seni dan leluhur mulai kita tarik dan itu tergantung kepada potensi masing-masing sang diri, yang jelas alam, manusia dan pencipta menjadi satu kesatuan untuk saling bersinergi dan karyalah ujung dari seniman.


Akhirnya Lintas perubahan merupakan sebuah proses penggalian kedalam yang lebih dalam akan hakikat hidup, untuk lebih dapat merasai dan memaknainya sebagai sebuah bagian dari perjalanan panjang yang sedang dilakukan untuk terus dilakukan, karena perjalanan tidak pernah berhenti sesungguhnya dan perhentian adalah bagian dari perubahan yang akan dicapai selanjutnya.



                ” jiwa "  lebih bermuara pada hati nurani, perasaan yang paling mendalam (inner feeling) atau gagasan pemikiran secara intelektual tentang kemurnian penciptaan yang memiliki kandungan keindahan pribadi sekaligus universal. Sebagai upaya visualisasi kegelisahan transendental  bagaimana mengungkapkan solusi permasalahan mendasar kemanusiaan tentang rasa kemanusiaan itu dalam meng-ada serta me-wujud sebagai sebuah karya seni.


           Sehingga ” jiwa " ( tak pernah lahir, tak pernah mati ) dapat dimaknai sebagai upaya mempertemukan dan berbagi rasa pengalaman kreatif antara empat  seniman abstrak jakarta dan satu Bali yang  sampai sekarang ini telah mengadakan interaksinya dengan masyarakat luas untuk menyampaikan keindahan estetika "baru" yang cerdas serta kehalusan kecerdasan yang transendental dalam upaya memaknai kehidupan global saat ini.


Pamulang, tengah malam
Pebuari 2019.
Andi Suandi  (pelukis)



 

INDAS.ID

Indas adalah portal tempat bertemunya civitas akademika dan umum dalam lingkup yang lebih luas (global), sehingga batasan waktu, ruang dan jarak tidak lagi menjadi hambatan  dalam mengembangkan potensi  dan menyatukan visi serta misi menuju era keterbukaan. Indas akan memberikan kendali kepada anda secara langsung dalam menentukan tujuan masa depan.

Icon
BERGABUNG DENGAN INDAS.ID

Berkembang bersama Indas.id serta memiliki kesempatan yg tidak terbatas adalah keuntungan yg akan anda miliki apabila bergabung. 

INDAS.ID

Portal Website ini dikelola dan dioperasikan oleh PT. Gilang Candrakusuma. Kebijakan Privasi ini menetapkan cara melindungi dan menggunakan
informasi yang Anda berikan ketika menggunakan layanan situs ini.

KANTOR INDAS

Kantor Pusat:

Grha Cakrawala 2nd Floor

Jl. Pemuda No. 72-73 D-E Jakarta 13220 Indonesia.

Telephone :

021-22474247

021-22474274

Facsimile :

021-4890022

Temukan dan ikuti Kami disini