Kasus Covid Mencapai 4.408, Terbanyak Dari Jakarta
antara news • Selasa, 15 November 2022
Sumber Foto : indas
Jakarta- INDAS.ID - Satuan Tugas Penanganan COVID-19 mencatat angka kasus COVID-19 harian pada Senin mencapai 4.408 kasus, paling banyak berasal dari DKI Jakarta.
DKI Jakarta tercatat sebagai provinsi penyumbang kasus terbanyak dengan 1.771 kasus baru, diikuti oleh Jawa Barat (737 kasus), Banten (458 kasus), Jawa Timur (386 kasus), dan Bali (270 kasus).
Jumlah akumulatif kasus COVID-19 di Indonesia sejak kasus pertama diumumkan pada Maret 2020 sampai Senin seluruhnya 6.565.912 kasus.
Penderita COVID-19 yang dinyatakan sembuh pada Senin bertambah 4.188 orang menjadi total 6.356.794 orang sejak awal pandemi sampai sekarang.
Jumlah pasien yang meninggal karena infeksi virus corona tipe SARS-CoV-2 pada Senin tercatat bertambah 54 orang sehingga jumlahnya sejak awal pandemi sampai sekarang total 159.158 orang.
Penderita COVID-19 yang masih menjalani perawatan dan atau karantina pada Senin masih 49.960 orang, bertambah 166 orang dari hari sebelumnya.
Di samping itu, ada 3.521 orang yang diduga terserang COVID-19 dan dikategorikan sebagai suspek.
Satuan Tugas menyatakan bahwa peningkatan angka kasus COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir belum bisa dipastikan disebabkan oleh persebaran virus corona sub-varian Omicron XBB.
Meski demikian, Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito mengatakan bahwa semua harus berperan dalam upaya menekan penularan sub-varian virus corona yang sangat cepat menular itu dengan menerapkan protokol kesehatan.
Ia mengingatkan bahwa penerapan protokol kesehatan dan pola hidup bersih dan sehat serta vaksinasi merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah penularan virus corona.
"Adanya tren kenaikan hendaknya dapat menjadi pengingat bahwa COVID-19 masih ada dan kita tetap harus menjaga diri kita dengan protokol kesehatan, sehingga potensi penularan menjadi berkurang dan jumlah kasus kasus COVID-19 dapat kembali ditekan," katanya.
Pengendalian Diri
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Reisa Broto Asmoro mengimbau semua pihak untuk memperkuat pengendalian diri (self control) selama COVID-19 masih bermutasi dan berada di lingkungan sekitar.
“Kalau ada yang punya gejala batuk, pilek, apalagi sampai demam tinggi segera lakukan self control. Lakukan pengendalian diri karena adanya risiko tinggi di sekitar kita akibat adanya COVID-19,” kata Reisa dalam Siaran Sehat yang diikuti di Jakarta, Senin.
Reisa menuturkan salah satu bentuk pengendalian diri yang dapat dilakukan oleh semua pihak adalah melakukan penegakan diagnosa penyakit, melalui tes pemeriksaan COVID-19 baik PCR atau antigen.
Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui secara pasti penyakit yang diderita oleh seseorang.
Diharapkan tes pemeriksaan COVID-19 segera dilakukan, meskipun seseorang hanya merasakan gejala ringan seperti batuk, pilek dan demam. Sebab lebih baik bersikap waspada terhadap potensi penularan dibandingkan bersikap abai karena gejala yang ringan atau tidak bergejala.
Hal kedua yang harus diperhatikan dalam pengendalian diri yakni mengetahui tata laksana penyembuhan. Di mana tata laksana dijalankan untuk meminimalkan risiko penularan pada orang sekitar salah satunya dengan segera mendapatkan booster dan tidak keluar rumah jika merasa tidak enak badan.
“Vaksinasi lengkap ini sudah terbukti bahkan melindungi tubuh kita dan mengurangi risiko pemburukan ataupun kematian. Namun ingat seiring berjalan waktu, antibodi kita akan turun sehingga antibodi ini membutuhkan adanya booster agar jumlahnya meningkat kembali dan kita memiliki perlindungan yang optimal,” ujar Duta Adaptasi Kebiasaan Baru itu.
Reisa menekankan cakupan vaksinasi booster harus terus ditingkatkan supaya dapat melindungi kelompok masyarakat yang belum bisa mengikuti atau mendapatkan vaksinasi COVID-19, seperti lansia dengan penderita komorbid, anak-anak di bawah usia enam tahun atau ibu hamil.
Sebab menurut riset yang dilakukan Kementerian Kesehatan dari tanggal 4 Oktober-8 November 2022, sebanyak 1.373 pasien COVID-19 yang meninggal dunia ternyata 84 persen di antaranya belum melakukan booster.
Sementara 10.639 pasien dengan gejala sedang, berat hingga kritis, sebanyak 74 persennya pun belum melanjutkan vaksinasi hingga dosis booster.
“Kalau melihat data ini seharusnya kita makin sadar bahwa sepertinya perlindungan diri dan melakukan vaksinasi booster, harus dilengkapi dengan protokol kesehatan,” katanya.
Kemudian ia menambahkan pengendalian diri, juga dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan yang aman bagi semua pihak, salah satunya bagi anak berusia di bawah enam tahun.
Reisa berharap semua orang dapat melindungi anak-anak dengan melakukan pengendalian diri, termasuk mengajak anak untuk menjalani imunisasi dasar rutin supaya terhindar dari penyakit berisiko selain COVID-19.
“Mari lindungi anak dengan mendapatkan akses vaksin ini. Selain memperhatikan vaksin COVID-19, kita juga harus memperhatikan agar anak tidak berisiko terkena penyakit berat lainnya. Jadi tetap harus dilakukan vaksinasi lengkap, terutama imunisasi dasar rutin dan keluarga yang lain harus segera booster,” kata Reisa.