Pameran dengan tajuk “Trans Jakarta” maksudnya bukan bus trans Jakarta yang hilir mudik melalui jalur khusus, mengantar penumpang dari satu shalter ke shalter berikutnya.

Ini soal imigran – lokal yang hilir mudik melewati jalannya sendiri-sendiri, mencari penghidupan dengan tujuan akhir yang tak bisa ditentukan secara permanen. Orang-orang ini akan berpindah-pindah mengisi setiap kesempatan dan mekar di sekujur kota. Mereka bersimpangan di jalanan, lingkungan rumah, kontrakan, perkantoran dan pusat perbelanjaan.

Mereka menyebar di pemberhentian-pemberhentian, saling menemukan, saling mempengaruhi dan menyerap, berintegrasi dan menyesuaikan diri. Segala hal yang mereka bawa membentuk transformasi, baik pikiran dan perilaku keseharian. Trans Jakarta adalah transformasi sosial-politik dalam konteks ke-Jakarta-an. Kota Jakarta yang tumbuh dari sentuhan budaya hulu dan hilir, kesepakatan sosial-politik, sumbangsih masyarakat lokal dan urban, latahnya budaya pop dan kejutan dari merebaknya milenialisme naif yang berujung pada viral dan berakhir jadi rival atau sebaliknya.

Prosesi faktual itu telah digagas oleh sekelompok seniman yang tinggal di Jakarta dengan asosiasi Himpunan Perupa Jakarta (Hipta), akan memamerkan karya-karya seni rupa dua dimensi, tiga dimensi dan instalasi, pada hari Kamis, tanggal 27 Agustus 2019, pukul 19:00 Wib, di Gedung Kunskrieng Jakarta, pembukaan pameran rencana akan lakukan oleh Presiden Joko Widodo.

Para perupa yang turut dalam pameran “Trans Jakarta”ada 30 perserta yaitu Tato Kastareja, Andi Suandi, Joheng Jauhari, Cak Kandar, Syahnagra Ismail, Aisul Yanto, Bambang Wien, Sri Warso, Wahono, Gogor Purwoko, Revoluta S, Nadia Tarsanto, Elisha, Kembang Sepatu, Budi Karmanto, Ireng Halimun, Chrisnanda, Koko Radjasa, Mayek Prayitno, Maria Tiwi, El Torro, Rindy, Puguh Warudju, Edo Abdullah, Sekartadji, Ahmad Subandio, Antoni, Yunti, Handoyo J.J, Sukamto, dan J. Kuncung.