INDAS.ID - Menurut sebuah studi yang ditulis bersama oleh sosiolog Universitas Indiana, ponsel cerdas dan laptop tampak ada di mana-mana di universitas A.S., tetapi masih ada 'kesenjangan digital', dengan beberapa siswa yang kemungkinan kecil memiliki akses yang konsisten ke teknologi yang dapat diandalkan.
"Kami menemukan celah besar dalam kualitas dan keandalan siswa teknologi itu sendiri," kata Jessica Calarco, asisten profesor sosiologi di IU Bloomington College of Arts and Sciences. "Siswa kulit berwarna dan siswa dari keluarga berpenghasilan rendah bergantung pada perangkat yang lebih tua yang lebih cenderung rusak."
Para peneliti menemukan, masalah dengan teknologi menyebabkan stres dan mempengaruhi kinerja akademik pada saat siswa secara rutin diharapkan menggunakan komputer atau perangkat elektronik lainnya untuk pekerjaan kelas sehari-hari, tugas dan bacaan online.
Studi ini, 'Masalah Teknologi dan Kesenjangan Prestasi Siswa: Validasi dan Perpanjangan Konstruksi Pemeliharaan Teknologi', diterbitkan dalam jurnal Communication Research. Penulis tambahan adalah Amy Gonzalez dari University of California, Santa Barbara, dan Teresa Lynch dari The Ohio State University.
Studi ini mencakup survei terhadap 748 siswa yang direkrut dari program sarjana sosiologi dan komunikasi di sebuah universitas besar di Midwestern. Ini juga termasuk kelompok fokus di mana kelompok kecil siswa menjawab pertanyaan tentang penggunaan teknologi mereka.
Hampir semua siswa memiliki laptop dan telepon pintar, tetapi sekitar 20 persen memiliki masalah dalam mempertahankan akses ke teknologi yang efektif. Mereka harus mengetik kertas pada laptop atau tablet lama yang tidak bekerja secara konsisten. Mereka tinggal di apartemen di luar kampus tanpa akses internet yang dapat diandalkan. Mereka kehabisan data ponsel dan tidak mampu menambahkannya.
Kesulitan lebih umum bagi siswa dari keluarga berpenghasilan rendah dan siswa kulit berwarna. Siswa dari keluarga kaya juga menghadapi masalah, tetapi mereka lebih cenderung mengalaminya sebagai masalah kecil. Jika laptop mereka rusak atau kehilangan smartphone, orang tua mereka dapat menggantinya, biasanya dalam beberapa hari. Siswa berpenghasilan rendah tidak memiliki pilihan itu.
Selain menyebabkan stres dan frustrasi, masalah dengan mempertahankan akses ke teknologi dikaitkan dengan kinerja akademik. Siswa yang laptopnya tidak dapat diandalkan memiliki rata-rata nilai lebih rendah, bahkan setelah memperhitungkan faktor demografis.
Konsisten dengan penelitian yang dilakukan Calarco pada siswa sekolah dasar, studi ini menemukan bahwa siswa yang kaya cenderung meminta bantuan instruktur atau tenggat waktu yang diperpanjang jika mereka memiliki masalah komputer. Siswa berpenghasilan rendah lebih cenderung diam dan menerima konsekuensinya.
Untuk mengatasi kesenjangan ini, para peneliti merekomendasikan bahwa perguruan tinggi dan universitas melakukan lebih banyak untuk menyediakan perangkat gratis atau murah untuk siswa berpenghasilan rendah. Mereka juga menyarankan bahwa bantuan keuangan berbasis kebutuhan harus tersedia untuk membantu membayar laptop dan smartphone.
Sumber Artikel:
Sciencedaily