INDAS.ID - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mendorong pemuda dari keluarga kurang mampu untuk berkuliah melalui beasiswa Bidikmisi. Nasir menyatakan beasiswa ini dipastikan dapat memutus kemiskinan di keluarga mereka serta mengurangi angka kemiskinan dan angka pengangguran di masa depan.
"Kalau orang semakin pintar, pasti mampu menggerakkan ekonomi. Economic capacity-nya pasti akan lebih baik. Orang yang punya pendidikan lebih baik, dia akan menerima perubahan lebih mudah. Orang yang punya pendidikan tinggi, punya inovasi lebih baik. Itu sudah pasti," ungkap Menristekdikti.
Nasir menyatakan saat ini pemerintah sudah meningkatkan beasiswa Bidikmisi untuk mahasiswa baru dari 90 ribu pada 2018 menjadi 130 ribu mahasiswa baru untuk 2019. Nasir menyatakan pemerintah puas dengan kinerja akademik dari mahasiswa Bidikmisi dan pencapaian profesional mereka setelah lulus.
"Yang gagal (lulus) hanya 1 persen. 99 persennya berhasil lulus. Contoh tadi (di Universitas Jember) ada anak Bidikmisi yang IPK-nya 3,95. Anak Teknik Sipil yang IPK-nya 3,98. Ini tidak mudah mendapatkan IPK di atas 3. Di rumpun sosial tadi ada IPK 4. Bagaimana mereka belajar itu luar biasa. Kami memberikan apresiasi kepada mereka," ungkap Menristekdikti, dilansir laman resmi kemrisrtekdikti.
Nasir menyatakan kunci keberhasilan mahasiswa Bidikmisi terletak pada daya tahan mereka dalam menghadapi tantangan di perguruan tinggi dan dunia kerja.
"Anak Bidikmisi itu bisa merasa kurang mampu tapi mereka mendapatkan angin segar, yaitu beasiswa yang diberikan pemerintah. Dengan adanya beasiswa itu, struggling mereka sangat tinggi. Mereka biasa hidup kurang mampu, daya juang mereka keras, tapi mendapatkan umpan sedikit, bisa lari dengan cepat," ungkap Nasir.
Nasir menyatakan apabila pemerintah tidak memberikan beasiswa Bidikmisi bagi mahasiswa, angka kemiskinan di masa depan akan membengkak dan beban pengangguran akan meningkat.
"Jangan sampai pada saat kita dapat bonus demografi, sumber daya kita tidak berkualitas, pasti akan menjadi malapetaka Indonesia. Bukan kemiskinan semakin mengecil, tapi akan melebar kalau tidak ada beasiswa," ungkap Nasir.
(Sumber Artikel:
Kemristekdikti)