Menristekdikti Dorong Lulusan Perguruan Tinggi Menjadi Job Creator
INDAS.ID - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mendorong lulusan perguruan tinggi tidak hanya menjadi pencari lapangan kerja (job seeker), namun juga harus mampu menciptakan lapangan kerja (job creator), sehingga berkontribusi langsung bagi perekonomian masyarakat.
Kunci untuk menciptakan lapangan pekerjaan saat ini adalah jiwa kewirausahaan, penguasaan teknologi dan inovasi.
"Lulusan perguruan tinggi jangan hanya menjadi pencari lapangan kerja (job seeker) namun juga harus mampu menjadi pencipta lapangan kerja (job creator). Jiwa kewirausahaan mahasiswa dan inovasi harus ditumbuhkan di perguruan tinggi," kata Menristekdikti saat memberikan Kuliah Umum di Kampus Universitas Brawijaya, Malang (27/3).
Menristekdikti menyampaikan inovasi yang diciptakan kalangan milenial Indonesia saat ini, sudah mampu menggerakkan perekonomian negara dan masyarakat, seperti inovasi yang dilakukan para 'unicorn' di Indonesia, yaitu Gojek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka.
Menristekdikti menambahkan perusahaan 'startup' Indonesia yang masuk kategori 'unicorn' semuanya merupakan hasil inovasi anak-anak muda milenial. Unicorn merupakan gelar yang diberikan pada suatu startup yang memiliki nilai valuasi lebih dari $1 miliar. Oleh karena itu, Menristekdikti mendorong kalangan mahasiswa, khususnya mahasiswa penerima Bidikmisi UB untuk meningkatkan kompetensi dan jiwa kewirausahaan, karena ijazah saja tidak cukup.
Menteri Nasir menambahkan kampus harus menjadi tempat menciptakan riset dan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat yang saat ini didominasi kalangan milenial. Menristekdikti mengatakan, kalangan milenial nanti akan menghadapi persaingan pekerjaan yang lebih ketat dibandingkan saat ini. Maka dari itu Menristekdikti menyebutkan teknologi dan Inovasi merupakan kunci untuk memenangkan persaingan yang semakin kompetitif.
"Pada era disrupsi saat ini, terjadi perubahan besar jenis pekerjaan, diperkirakan sekitar 75 juta hingga 375 juta orang pergeseran pekerjaan. Kaum milenial harus mampu memenangkan persaingan global dengan menguasai teknologi dan berinovasi," jelas Menristekdikti.
(Sumber Artikel:
Kemenristekdikti)