INDAS.ID - Mereka yang tidur kurang dari 6 jam semalam memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit kardiovaskular daripada mereka yang tidur 7 hingga 8 jam, menurut sebuah hasil studi di Spanyol.
Dalam studi itu, 3.974 pegawai bank mengenakan pelacak aktifitas untuk mengukur jam tidur selama satu minggu. Mereka juga melakukan pemindaian jantung dengan metode 3D ultrasound untuk mengecek penyakit jantung.
Para Peneliti menemukan bahwa dibandingkan dengan orang yang tidur 7 hingga 8 jam, mereka yang tidur kurang dari 6 jam semalam memiliki risiko 27 persen lebih tinggi mengalami 'kelainan' Asterosklerosis.
Asterosklerosis adalah penebalan pada dinding arteri yang belum serius cukup untuk menyebabkan berbagai komplikasi.
Penelitian sebelumnya telah menghubungkan kurang tidur dengan faktor risiko tradisional untuk penyakit jantung seperti gula darah tinggi, tekanan darah tinggi, peradangan dan obesitas.
"Tidur bersamaan dengan diet dan aktivitas fisik, adalah salah satu kebiasaan sehat yang perlu kita adopsi dan pertahankan agar sistem kardiovaskular kita tetap sehat," kata penulis studi senior Jose Ordovas, peneliti dari CNCI di Madrid dan Direktur Nutrisi dan Genomik di Jean Mayer USDA Human Nutrition Research Center on Aging di Universitas Tufts, Boston.
"Hasil kami mendukung keyakinan umum bahwa kita harus memiliki sekitar 8 jam tidur yang baik per hari," kata Ordovas.
"Bagi mereka yang karena satu dan lain hal tidak dapat menghindari jam tidur yang buruk, rekomendasinya adalah harus lebih proaktif dalam mengendalikan faktor risiko gaya hidup lain seperti diet dan olahraga."
Pengerasan arteri dapat berkembang secara bertahap selama beberapa tahun sebelum menyebabkan masalah. Orang-orang dapat hidup bertahun-tahun dengan kelainan praklinis sebelum mengalami asteroklerosis, yang ditandai dengan penumpukan plak di dinding arteri yang membatasi aliran darah dan dapat menyebabkan serangan jantung juga stroke.
Sementara sangat sedikit peserta, hanya 160 orang, tidur lebih dari 8 jam semalam, studi ini juga menemukan bahwa mereka yang tidur terlalu lama juga meningkatkan risiko jantung.
Pria juga memiliki risiko penumpukan plak yang sedikit lebih tinggi dengan terlalu banyak tidur, tetapi perbedaannya terlalu kecil untuk mengesampingkan kemungkinan bahwa itu terjadi karena suatu kebetulan.
"Penting untuk menekankan bahwa lebih banyak tidak selalu lebih baik, karena tidur berlebihan dapat meningkatkan risiko kardiovaskular," kata Ordovis.
Peserta penelitian rata-rata berusia 64 tahun dan tidak ada yang memiliki riwayat penyakit jantung.
Mereka cenderung lebih sedikit kelebihan berat badan tapi juga mendapatkan sekitar 45 menit sehari untuk melakukan aktivitas fisik yang cukup hingga lebih dari cukup.
Tim studi menghitung risiko 10 tahun dan 30 tahun peserta mengalami peristiwa jantung serius seperti serangan jantung atau stroke menggunakan kalkulator skor risiko Framingham.
Secara keseluruhan, peserta memiliki risiko 5,9 persen serangan jantung atau stroke dalam 10 tahun kedepam dan risiko 17,7 persen dalam 30 tahun.
Namun, dengan kurangnya 6 jam tidur risiko 10 tahun tersebut naik menjadi 6,9 persen dan risiko 30 tahun meningkat menjadi 20,9 persen.
Penelitian ini bukanlah eksperimen terkontrol yang dirancang untuk membuktikan apakah atau bagaimana kualitas atau kuantitas tidur dapat secara langsung memengaruhi pengerasan pembuluh darah arteri atau menyebabkan serangan jantung dan stroke.
Namun, hasilnya menyoroti pentingnya mendapatkan istirahat yang cukup, kata rekan penulis editorial yang menyertainya, Dr. Daniel Gottlieb, Direktur pusat gangguan tidur di VA Boston Healthcare System.
"Salah satu kunci untuk mendapatkan tidur yang cukup adalah menjadikan tidur sebagai prioritas –dengan mematikan TV, komputer, tablet dan telepon pada jam yang wajar, menjaga jadwal tidur yang teratur, meluangkan waktu untuk bersantai sebelum tidur dan menghindari kafein di sore hari," kata Gottlieb.
"Olahraga dan diet yang baik juga dapat membantu meningkatkan kualitas tidur."
(Sumber Artikel:
VOA Indonesia)