MASUKKAN NAMA PERGURUAN TINGGI ATAU NAMA KOTA

reka muka, Pameran tunggal ( Solo Exhibition ) William Robert / rabu 18 juli 2018
reka muka, Pameran tunggal ( Solo Exhibition ) William Robert / rabu 18 juli 2018
indas/tembi rumah budaya • Senin, 16 Juli 2018
reka muka, Pameran tunggal ( Solo Exhibition )  William Robert / rabu 18 juli 2018
Sumber Foto : Tembi Rumah Budaya

                                                                                                                                                 

PAMERAN TUNGGAL WILLIAM ROBERT DI TEMBI RUMAH BUDAYA

Sejumlah 19 buah karya terbaru dari seniman yang menetap di Jakarta ini akan ditampilkan dalam sebuah pameran tunggal yang bertajuk REKA MUKA  di TEMBI Rumah Budaya, Yogyakarta pada 18 Juli hingga 7 Agustus 2018.

Perhelatan ini sesungguhnya adalah bagian dari rangkaian sebuah art project  yang diluncurkan dengan nama Restart #10, yang merupakan sebuah parade pameran tunggal sebanyak 10 kali di beberapa kota, yang sudah dimulai tahun 2017  lalu di KOI Gallery Kemang.

Rangkaian pameran tunggal ini rencananya diselenggarakan di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Solo, Surabaya, dan Bali. Dalam perjalanan karirnya sebagai pelukis sesungguhnya seniman berdarah Ambon ini, sudah menyelenggarakan pameran tunggal sebanyak 13 kali dari tahun 1999 hingga 2011.

Meminjam istilah yang sangat akrab bagi kita yang setiap hari tak lepas dari komputer, handphone  ataupun gadget, pelukis ini memakai istilah restart untuk kembali seperti dari awal lagi melakukan perjalanan keseniannya dengan menyeleggarakan pameran tunggal sebanyak 10 kali hingga tahun 2019.

Dalam karya-karya terbarunya, William Robert  ingin mengekspresikan prihal kecenderungan hilangnya identitas personal tiap orang akhir-akhir ini. Di tengah derasnya arus tehnologi digital begitu sangat cepat ini, ia mempertanyakan kembali prihal terutama pada wajahnya (dirinya).

Karya-karyanya dalam pameran ini banyak dihasilkan dari perenungan atau juga dialog ia dengan dirinya sendiri (monolog ), yang akhirnya menimbulkan banyak pertanyaan yang perlu ia dalami. Semisal , " apakah kita masih merasa sejarah itu penting?

Apakah di wajah kita masih tersimpan cerita? Karena hari ini, ia melihat anak anak sekarang dengan mudah mendapatkan siapa pahlawan idolanya dan dengan muda mereka melupakannya bila melihat munculnya sosok baru yang begitu populer dan merupakan produk budaya industri,

yang sangat mampu membuat siapapun menjadi bintang tanpa proses yang begitu sulit. Dalam artian asal berani tampil beda dan sedikit gila saja saat orang banyak orang yang bisa tampil di televisi hampir tiap hari. Di tengah gencarnya medsos, banyak hal yang mungkin bisa dianggap gak bermutu tetapi bisa langsung ngetop atau bahasa populernya viral.

Apakah hal itu salah? Ia tentu tidak akan terjebak dalam soal salah dan benar. William Robert sepertinya mencoba menyikapi sebuah keniscayaan.

Ide gagasan utama dari seluruh karyanya terangkum dalam sebuah pertanyaan sederhana, “ apakah wajah atau muka kita masih menyimpan cerita ? “. Lalu kenapa muka, kenapa wajah jadi objek utama untuk mengungkapkan hal diatas?

Menurutnya karena dari muka kita sesungguhnya kita dapat membaca cerita. Dalam interaksi muka atau wajah menjadi utama, “ face to face “. Dan bila kita mengingat wajah seseorang, kita akan mengingat cerita.

Apalagi melihat gambar muka orang-orang yang sudah menjadi bagian dari sejarah, tentu jadi lebih mudah menghubungkan dengan cerita perjalanannya. Lantas pertanyaannya bagaimana dengan wajah-wajah atau muka di sekitar kita?

William Robert  teramat yakin setiap muka kita adalah lembaran pertama untuk kita membaca cerita setiap orang. Raut muka memang merupakan ekpresi jiwa seseorang. Namun muka tetaplah hal yang paling sederhana bagi dia dalam membaca cerita kehidupan.

Tema REKA MUKA kali ini, adalah cara William Robert mereka-reka atau membaca ulang cerita apa yang masih bisa dibaca dari setiap kita. Karena setiap wajah adalah sebuah cerita baginya.

Apakah tiap kita masih menyimpan cerita? Baginya cerita atau kisah perjalanan masih begitu penting untuk terus diingat atau disampaikan kepada kawan, orang sekitar atau juga saudara. Sehingga kita bisa terus belajar memaknai kehidupan yang sesungguhnya selalu merupakan rangkaian yang tak pernah putus sejak dulu kala hingga hari ini. (Cher )

Diresmikan oleh : Dr. Edi Sunaryo, M.Sn
Penulis: Bambang Bujono


Rabu, 18 Juli 2018   (  19.30 WIB )
TeMBI RUMAH BUDAYA
Jl. Parang tritis Km. 8,4  Tembi Timbulharjo Bantul
                     Yogyakarta
*Pameran berlangsung s/d 7 Agustus 2018

BERITA TERPOPULER
Siapa Penemu Roti?
Selasa, 15 Mei 2018 • indas/LiveScience

INDAS.ID

Indas adalah portal tempat bertemunya civitas akademika dan umum dalam lingkup yang lebih luas (global), sehingga batasan waktu, ruang dan jarak tidak lagi menjadi hambatan  dalam mengembangkan potensi  dan menyatukan visi serta misi menuju era keterbukaan. Indas akan memberikan kendali kepada anda secara langsung dalam menentukan tujuan masa depan.

Icon
BERGABUNG DENGAN INDAS.ID

Berkembang bersama Indas.id serta memiliki kesempatan yg tidak terbatas adalah keuntungan yg akan anda miliki apabila bergabung. 

INDAS.ID

Portal Website ini dikelola dan dioperasikan oleh PT. Gilang Candrakusuma. Kebijakan Privasi ini menetapkan cara melindungi dan menggunakan
informasi yang Anda berikan ketika menggunakan layanan situs ini.

KANTOR INDAS

Kantor Pusat:

Grha Cakrawala 2nd Floor

Jl. Pemuda No. 72-73 D-E Jakarta 13220 Indonesia.

Telephone :

021-22474247

021-22474274

Facsimile :

021-4890022

Temukan dan ikuti Kami disini