Sosial

1 dari 5 CEO adalah Psikopat

indas/thetelegraph • Jumat, 13 Juli 2018

Sumber Foto : businesstech.co.za

INDAS.ID - Sebuah penelitian di Australia menemukan bahwa sekitar satu dari lima eksekutif perusahaan adalah psikopat.

Studi terhadap 261 profesional senior di Amerika Serikat menemukan bahwa 21 persen memiliki tingkat karakteristik psikopat yang signifikan secara klinis. Tingkat psikopat dalam populasi umum adalah sekitar satu dari seratus.

Nathan Brooks, seorang psikolog forensik yang melakukan penelitian, mengatakan temuan itu menunjukkan bahwa bisnis harus meningkatkan skrining perekrutan mereka.

Perekrut cenderung fokus pada keterampilan daripada fitur kepribadian dan ini telah menyebabkan perusahaan mempekerjakan 'psikopat sukses' yang mungkin terlibat dalam praktik yang tidak etis dan ilegal atau memiliki dampak 'beracun' pada rekan kerja.

"Biasanya psikopat menciptakan banyak kekacauan dan umumnya cenderung membuat orang saling 'berhadapan'," katanya.

"Bagi psikopat, itu (kesuksesan perusahaan) adalah permainan dan mereka tidak keberatan jika mereka melanggar moral. Ini adalah tentang mendapatkan tempat yang mereka inginkan di perusahaan dan memiliki dominasi atas orang lain."

Krisis keuangan global pada tahun 2008 telah mendorong para peneliti untuk mempelajari ciri-ciri tempat kerja yang mungkin telah memungkinkan budaya perusahaan di mana perilaku yang tidak etis dapat berkembang.

Penelitian Mr Brooks, yang dilakukan bersama rekan dari Universitas Bond Australia dan seorang peneliti dari Universitas San Diego, didasarkan pada studi terhadap para profesional perusahaan dalam industri manajemen rantai pasokan di seluruh AS.

Temuan ini dipresentasikan di Kongres Masyarakat Psikologi Australia di Melbourne, dan dipublikasikan dalam European Journal of Psychology.

Para peneliti telah memeriksa cara-cara untuk membantu menyaring para psikopat potensial.

"Kami berharap untuk menerapkan alat skrining kami dalam bisnis sehingga ada penilaian yang memadai untuk mengidentifikasi masalah ini - untuk menghentikan orang menyalip posisi dalam bisnis yang dapat menjadi masalah," kata Brooks.


(Sumber: The Telegraph)