INDAS.ID - Tiongkok disebut memiliki Jalur Sutra yang mendorong sektor perdagangannya di masa lalu. Dari jalur itu, Menurut Agus Widiatmoko, arkeolog yang mendalami Kerajaan Sriwijaya, saudagar Tiongkok membawa sutra untuk dijual dan mereka membeli rempah-rempah.
Dari perdagangan rempah-rempah, membawa dampak bagi keanekaragaman kepercayaan di Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan yang berlokasi di Pulau Sumatra ini, terkenal sebagai pusat pengajaran agama Budha. Tapi, tidak menutup kemungkinan terhadap masuknya agama Hindu, Islam dan Katolik dari Eropa.
Secara sistem keagamaan, Kerajaan Sriwijaya disebut memiliki tingkat toleransi yang tinggi dengan adanya perbedaan. Justru, korupsi yang meruntuhkan kerajaan yang berdiri selama 600 tahun ini.
Sistem pajak pun telah berjalan pada masa itu. "Penguasa Sriwijaya meminta 20.000 dinar sebelum memberikan izin kepada kapal dagang Arab atau Persia untuk melanjutkan pelayaran ke Tiongkok", tulis Buzurg Bin Shahriyar Al-Ramhurmuzi dalam Jurnal Pelayarannya: Aja’ib Al-Hind. Buzurg adalah seorang muslim yang membukukan kisah pelayaran dari para saudagar muslim.
Sistem politik dari Kerajaan Sriwijaya yaitu mendatangkan dan membagi-bagikan kembali rezeki. Oleh karenanya, memungkinkan Sriwijaya untuk bertahan selama lebih dari lima abad menurut pernyataan Herman Kulke, seorang ahli sejarah untuk Asia Tenggara dan Selatan yang berasal dari Jerman.
Bambang Budi Utomo, seorang arkeolog, mengamati adanya korupsi menyebabkan sistem membagi-bagikan rezeki itu rusak. O. W. Wolters dalam bukunya The Fall of Sriwijaya menyebut soal korupsi itu sebagai tanda-tanda pembusukan di dalam kedatuan. Kedatuan adalah sebutan sistem monarki pemimpin dengan sebutan datu.
Peninggalan ilmu, artefak, dan kekayaan rempah dari masa lalu dapat dilihat di pameran "Kedatuan Sriwijaya, The Great Maritime Empire" bertempat di Museum Nasional. Pameran yang berlangsung sejak 4 November hingga 28 November 2017 ini memamerkan peradaban seribu tahun yang lalu.
Kejayaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim dapat dicontoh oleh Indonesia demikian pula kehidupan toleransi antar agama. Tapi, Indonesia perlu turut berkaca pula dari sebuah kerajaan besar yang runtuh karena korupsi.
(Sumber: nationalgeographic.co.id)
Indas adalah portal tempat bertemunya civitas akademika dan umum dalam lingkup yang lebih luas (global), sehingga batasan waktu, ruang dan jarak tidak lagi menjadi hambatan dalam mengembangkan potensi dan menyatukan visi serta misi menuju era keterbukaan. Indas akan memberikan kendali kepada anda secara langsung dalam menentukan tujuan masa depan.
Berkembang bersama Indas.id serta memiliki kesempatan yg tidak terbatas adalah keuntungan yg akan anda miliki apabila bergabung.
Portal Website ini dikelola dan dioperasikan oleh PT. Gilang Candrakusuma. Kebijakan Privasi ini menetapkan cara melindungi dan menggunakan
informasi yang Anda berikan ketika menggunakan layanan situs ini.
Kantor Pusat:
Grha Cakrawala 2nd Floor
Jl. Pemuda No. 72-73 D-E Jakarta 13220 Indonesia.
Telephone :
021-22474247
021-22474274
Facsimile :
021-4890022